jalan suromenggolo ponorogo

PKL di Ponorogo, antara benci dan rindu

Bagikan :

Pedagangnya aja yang disuruh naik ke trotoar, toh trotoar di jalan baru tidak fungsional. Sekarang ini mana ada orang yang mau jalan kaki, celetuk pengunjung lainnya.

Menyoal PKL ini sebenarnya adalah hal yang susah-susah mudah. Hubungan antara  Pedagang Kaki Lima dan masyarakat lainnya boleh dikata mirip-mirip “Tom and Jerry”, benci tapi rindu. Keberadaan mereka kadang dipandang mengganggu ketertiban dan kenyamanan pengguna jalan, tetapi jika mereka tidak ada seringkali dicari-cari. Sebenarnya dalam teori pasar PKL ini mendekatkan dan mempermudah akses masyarakat terhadap kebutuhan makanan dan jajanan. Selain lokasinya yang mudah dijangkau, harga makanan dan jajanan yang dijual PKL tentu lebih murah dibandingkan dengan di Rumah makan, cafe maupun toko.

Obrolan terus berlanjut, dan seperti obrolan di warung lainnya, jangan harapkan ada kesimpulan akhir yang jelas. Sebab masing-masing orang punya persepsi dan membuat kesimpulan sendiri. Bisa dibilang jika obrolan warung kopi itu semacam brainstorming yang akan menambah khazanah pemikiran bagi masing-masing pengunjung.

Baca Juga  Derita Pengendara Honda BeAT di Ponorogo

Laman: 1 2