Ponorogo – Tak banyak yang tahu bahwa Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, bukan hanya dikenal sebagai kota asal seni Reog Ponorogo, tetapi saat ini juga memiliki empat lokasi penangkaran burung merak yang berperan penting dalam pelestarian satwa sekaligus budaya.

Menurut data dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur Wilayah I Madiun, saat ini terdapat empat lokasi penangkaran merak yang aktif di Ponorogo, yaitu:
- Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan
- Desa Jenangan, Kecamatan Jenangan
- Desa Purwosari, Kecamatan Babadan
- Desa Galak, Kecamatan Slahung
Salah satu lokasi yang cukup menonjol adalah Dusun Gentan, Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan. Di sini, penangkaran dikelola oleh kelompok masyarakat lokal yang fokus pada pelestarian burung merak. Ada beberapa jenis jenis burung merak yang ditangkarkan disini, yaitu:
- Merak Hijau (Pavo muticus) – jenis asli Indonesia yang kini dilindungi
- Merak Biru (Pavo cristatus) – berasal dari India, berwarna lebih mencolok
- Merak Putih – variasi langka dari merak biru
- Merak Blorok – hasil silangan dengan corak unik
Proses penangkaran dilakukan secara alami dan berkelanjutan. Bulu-bulu merak tidak dicabut secara paksa, melainkan dikumpulkan setelah merak mengalami masa rontok bulu pasca musim kawin. Bulu-bulu ini kemudian dipilah dan digunakan sebagai bahan utama untuk hiasan dadak merak dalam pertunjukan Reog Ponorogo.
Seiring waktu, penangkaran di Ngrupit berkembang menjadi objek wisata edukatif yang dikenal dengan nama Eduwisata Ndalem Kerto. Tempat ini menjadi destinasi menarik bagi wisatawan yang ingin belajar lebih dalam tentang Konservasi burung merak.
Merak, terutama jenis merak hijau, saat ini masuk dalam daftar satwa terancam punah menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature). Populasi mereka terus menurun akibat perburuan liar dan kerusakan habitat. Di sisi lain, kebutuhan bulu merak untuk seni Reog sangat tinggi, sehingga penangkaran menjadi solusi terbaik untuk menjaga keseimbangan antara konservasi dan kebutuhan budaya.