Ponorogo – Setiap perayaan Lebaran, Alun-alun Ponorogo selalu menjadi pusat keramaian dengan digelarnya Pasar Malam. Acara tahunan ini bukan sekadar hiburan murah bagi masyarakat, tetapi juga menjadi ajang nostalgia dan tempat bersosialisasi. Bahkan, ungkapan populer di Ponorogo, “Durung bodho yen durung menyang alun-alun”, menggambarkan betapa kuatnya tradisi ini di tengah masyarakat.
Tradisi pasar malam di Alun-alun Ponorogo telah berlangsung selama ratusan tahun. Jejak sejarahnya dapat ditelusuri sejak era Bupati Mertohadinegoro, yang pada tahun 1837 memindahkan pusat kota ke Mangkujayan. Puncak kemeriahan pasar malam terjadi pada masa kepemimpinan Bupati Tjokronegoro, yang mengadopsi konsep alun-alun Keraton Surakarta. Tata letak, waktu penyelenggaraan, hingga jenis hiburan yang dihadirkan mengacu pada tradisi keraton tersebut.
Hingga kini, pasar malam tetap lestari, meskipun jenis hiburan, kuliner, dan barang dagangan yang dijajakan telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.
Tahun ini, Pasar Malam Ponorogo akan diselenggarakan pada 16 Maret – 13 April 2025 di Alun-alun Ponorogo. Berbagai wahana hiburan telah dipersiapkan, dan stan-stan pedagang mulai terisi. Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM (Perdagkum) Kabupaten Ponorogo menyiapkan sekitar 300 stan dagang, dengan 80% kuota diperuntukkan bagi pelaku UMKM lokal dan sisanya bagi pedagang dari luar daerah.
Pasar Malam Ponorogo bukan sekadar hiburan tahunan, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Perdagkum menargetkan pendapatan Rp450 juta dari sewa lapak tahun ini. Meskipun belum ada perhitungan resmi mengenai kontribusinya terhadap perekonomian lokal, jumlah pengunjung yang datang dari dalam maupun luar kota diperkirakan dapat menciptakan perputaran uang mencapai ratusan juta rupiah dalam semalam.