Ponorogo – Kerajaan Wengker adalah kerajaan tertua yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Ponorogo. Keberadaannya tercatat dalam Prasasti Pucangan, yang ditulis oleh Raja Airlangga pada tahun 1041 M. Prasasti ini menggambarkan kondisi Kerajaan Wengker sebelum masa pemerintahan Airlangga.
Kerajaan Wengker didirikan pada tahun 900 M oleh Ketut Wijaya, seorang keturunan raja Mataram Hindu (Medang, Jawa Tengah) yang hijrah ke wilayah Ponorogo. Hijrahnya Kerut Wijata bersama pengikutnya ini terjadi setelah peristiwa Pralaya Mataram (924–929 M), kuat dugaan peristiwa ini disebabkan oleh letusan gunung Merapi. Letusan dahsyat gunung Merapi tersebut meluluh lantakkan ibu kota Mataram pada masa pemerintahan Dyah Wawa, sehingga memicu migrasi besar-besaran.

Setibanya di Ponorogo, Ketut Wijaya bersama pengikutnya kemudian mendirikan Kerajaan Wengker. Nama “Wengker” sendiri diyakini berasal dari istilah Jawa “Wewengkon kang Angker,” yang berarti wilayah yang angker atau menakutkan. Saat itu, wilayah Ponorogo dikenal sebagai daerah terpencil yang sulit dijangkau dan dihuni oleh banyak perampok. Secara geografis, Kerajaan Wengker dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan yang berfungsi sebagai benteng alami.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Wengker membentang dari Gunung Wilis di timur hingga Gunung Lawu di barat, serta Pegunungan Seribu di selatan. Di bawah kepemimpinan Ketut Wijaya, yang naik takhta pada tahun 986 M, rakyat Wengker hidup dalam ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan.
Namun, kejayaan Kerajaan Wengker berakhir pada tahun 1037 M setelah dikalahkan oleh Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. Penaklukan ini merupakan balasan atas keikut sertaan Wengker yang bersama-sama dengan Sriwijaya dan Lwaram (Wurawari) dalam menyerang Kerajaan Medang. Perlu dicatat bahwa Airlangga adalah keturunan Mpu Sindok, raja pertama Medang di Jawa Timur. (Bersambung)