Ponorogo – Ziarah makam adalah salah satu ritual yang banyak dilakukan oleh muslim sebelum memasuki bulan Ramadhan. Di beberapa daerah, tradisi ini dikenal dengan nama “Nyadran” dan biasa dilakukan secara kolektif pada bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) sebelum bulan Ramadhan atau Puasa. Masyarakat dalam 1 lingkungan dusun atau desa secara bersama-sama membersihkan makam dan kemudian melakukan doa dan makan bersama.
Kata “Nyadran” sendiri berasal dari bahasa sansekerta “Sraddha” yang berarti keyakinan. Bisa jadi ini adalah simbol dari ikatan antara keluarga yang sudah meninggal dengan keluarga yang masih hidup. Merupakan salah satu bentuk bakti dan penghormatan kepada orangtua dan para leluhur yang telah meninggal dunia.

Di Ponorogo, tradisi ziarah makam ini dilakukan oleh kelompok keluarga atau perorangan. Orang yang datang ke makam akan membersihkan makam orang tua dan leluhur dilanjutkan dengan mendoakan keluarga yang telah meninggal dan menabur bunga. Biasanya ziarah ini dilakukan 1-3 hari menjelang puasa dan 1-3 hari sebelum lebaran.
Selain untuk mengenang dan mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia, ziarah makam ini juga untuk mengenalkan silsilah keluarga kepada generasi yang baru. Misalnya mengenalkan anak-anak kepada kakek, kakek buyut dan leluhur yang sudah meninggal. Maka tak sedikit orang Ponorogo yang memandang ziarah makam menjadi sebuah ritual wajib menjelang puasa dan menjelang lebaran.
Maka tak heran jika menjelang puasa dan lebaran pemakaman umum di Ponorogo selalu ramai dikunjungi peziarah. Dan peziarah akan lebih ramai lagi menjelang lebaran, dimana keluarga-keluarga yang tinggal di luar Ponorogo sudah pulang kampung. Ramainya peziarah ini juga menjadi berkah bagi para penjual bunga tabur yang menjajakan bunga di pintu masuk pemakaman.