kesenian-gong-gumbeng

Cerita unik Gong Gumbeng, seni musik ratusan tahun yang lestari sampai saat ini

Bagikan :

Singkat cerita setelah pernikahan terjadi dan identitas Retno Pembayun terungkap, Ki Ageng Mangir berniat sowan kepada mertuanya, Panembahan Senopati. Saat akan memasuki istana, secara halus Ki Juru Mertani memaksa Ki Ageng Mangir untuk meninggalkan tombak pusakanya, Baru Klinting, di luar istana. 

Ketika melakukan sungkem kepada mertuanya, Panembahan Senopati justru membenturkan kepala Ki Ageng Mangir ke Watu Gilang, alas singgasananya, hingga tewas. Ki Ageng Mangir kemudian dimakamkan di kompleks makam raja-raja Mataram di Kotagede, dengan setengah makamnya berada di dalam cungkup dan setengah lainnya di luar, sebagai simbol bahwa ia adalah menantu sekaligus musuh Panembahan Senopati.

Di Wringinanom, Gong Gumbeng selalu dimainkan dalam upacara bersih desa yang dilaksanakan pada bulan Selo, tepatnya pada hari Jumat terakhir, di Sendang Mantilidirja. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan upaya menjaga keseimbangan alam serta spiritual masyarakat setempat.

Untuk menjaga kelestarian kesenian ini, Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah menetapkan Gong Gumbeng sebagai Kesenian Asli Ponorogo. Selain itu, Gong Gumbeng rutin ditampilkan dalam berbagai event kesenian di Ponorogo, seperti Grebeg Suro dan festival budaya lainnya. Upaya ini bertujuan agar warisan budaya ini tetap lestari dan dikenal oleh generasi mendatang.

Baca Juga  Rengginang banyak diburu menjelang lebaran, pembeli harus pesan dahulu

Laman: 1 2