Coba pikirkan, berapa banyak luas area terbuka yang telah dikooptasi oleh pembangunan hunian baru, gedung baru, betonisasi dan pavingisasi jalan serta halaman rumah di Ponorogo. Hilangnya area terbuka sebagai area resapan ini menyebabkan semakin banyak air hujan yang langsung masuk kedalam selokan dan mengalir ke sungai.
Sementara, betonisasi selokan di banyak kelurahan dan desa akan meningkatkan volume air yang masuk ke sungai maupun selokan utama. Sedangkan kapasitas atau daya tampung sungai/ selokan utama masih tetap sama, bahkan cenderung menurun karena sedimentasi yang cukup tinggi. Alhasil saat hujan cukup deras air yang masuk ke sungai melebihi daya tampung sungai dan melimpah ke sekitar alur sungai.
Kesimpulannya, sedikit banyak kita semua mempunyai andil terjadinya banjir di Ponorogo. Lalu solusinya bagaimana ?. Ya solusinya tidak akan ketemu di obrolan warung kopi. Mereka yang punya kuasa membuat kebijakan dan mempunyai anggaran untuk mengeksekusi kebijakan harus memikirkan dan mengkaji solusi yang tepat dengan pendekatan yang ilmiah. Bukan solusi-solusi instan seperti “obat sakit kepala” yang sekedar menhilangkan gejala tanpa mengobati penyakitnya.